Chia masih saja menangis seraya mengucapkan salam perpisahan terakhir hari yang cerah berubah mendung dan hujan jua ikut turun seakan ia tahu kesedihan chia, suasana serasa sepi semua pergi meninggalkannya sendiri bersama batu nisan yang bertuliskan yopi. “kenapa kau meninggalkan aku? Kau tau betapa aku belum ikhlas melepasku begitu saja”.
Sudah 2 bulan terakhir ini chia masih murung, menyendiri dan susah untuk bicara. “ kamu kenapa chi? Kok selama ini kamu sering aja sedih, udah jarang curhat ma aku lagi,, kita ini sahabat kenapa kamu gitu sama aku? Curhat donk!!” kata gea sambil duduk depan jendela rumah chia. Chia masih saja diam dan tak menyahut perkataan gea, chia malah meneteskan air mata dia tak tahan memendung kesedihannya ia masih sangat sedih kehilangan yopi. “chi jangan nangis! apa yang bisa aku bantu buat kamu”. “gea ikut ma aku yuk! Tapi jangan tanya kemana kita pergi” chia dan gea pun menganil sepeda mereka setengah jam mereka masih saja mendayung sepedanya “chi? Kita mau kemana sih?” chia tidak menjawab mereka tetap terus jalan selang waktu mereka pun memasuki suatu tempat yang sunyi gea juga belum tau kemana chia mengajaknya.
Chia menaruh sepeda bersama gea ditempat parkiran dan menyapa tukang parkir yang tak asing lagi bagi chia. Chia terus berjalan dan mulai lagi menangis dan ia duduk disebuah kuburan gea pun heran kuburan siapa yang ia jumpai karena gea berteman dengan chia setelah yopi meninggal. “ gea datanglah kemari dan aku akan mencerikan semuanya”. “yopi ini siapa chi?” tanya gea sambil ia duduk disebelah chia.
“yopi adalah pacar aku gea, ia begitu cepat meninggalkan aku. Kami pertama berkenalan dirumah sakit waktu itu aku lagi cek up karena aku punya penyakit gagal ginjal, saat itu dokternya yopi tatapan matanya begitu lain, tutur kata yang diucapkan sangat sopan, tak pernah ia menyakiti hati ku. Saat itu juga aku mulai menyukai sosok yopi, aku dulu paling tidak suka pergi kerumah sakit apa lagi untuk cek up tapi yopi yang selalu memberiku semangat untuk sembuh seperti saat ini”. “ jadi, saat kamu sembuh dan sehat seperti sekarang ini kenapa kamu bukan senang melainkan kamu seperti enggak punya semangat hidup gitu” gea memotong cerita chia. “waktu itu ginjal aku kambuh sakit banget seakan aku akan meninggal dan aku pun dilarikan kerumah sakit awla-awalnya yopi menemani dan Selalu ada disamping ku saat aku mulai sadar ia berkata “chi jangan pernah kau tinggalkan aku, kau akan sembuh”. Setiap hari ia bawa aku bunga anggrek putih ia tau aku sangat suka bunga itu, senang rasanya hati ini walupun aku lemah dan tak biasa berkata aku merasa kuat saat aku down. “berapa lama dirumah sakit chi?” tanya gea yang masih setia mendengarkan cerita chia. “hampir satu bulan, setelah beberapa lama dirumah sakit aku harus dioperasi dan perlu donoran ginjal, aku seperti kehilangan setengah hidup dan saat itu jua yopi sudah mulai jarang menemani ku sampai aku selesai dioperasi yopi juga belum pernah lagi menemui aku.
Tidak ada yang tau dimana dia dan gak ada yang bilang dimana yopi berada, waktu itulah aku mulai merasa kehilangan, aku berpikir apakah yopi yang mendonorkan ginjalnya untuk ku. Aku cari informasi kesana kemari, tapi enggak ada yang kasih tau, disitu aku mulai putus asa. Hingga pada suatu hari aku yang sedang duduk ditaman kampus dan seorang anak muda menemui aku, ia tidak banyak cerita hanya memberikan sepucuk surat dan dia bilang “ bacalah surat ini sendiri jangan perlihatkan pada siapapun”. Aku berharap itu surat dari yopi semoga ia beri aku kabar baik ia dimana dan kemana saja selama ini. Aku bergegas pergi meninggalkan kampus aku ingin membacanya dirumah, surat itu ku buka dan bertuliskan
By : Yopi
To : chia
Saat kau baca surat ini berarti aku telah tiada
Aku bahagia disini walau aku tak sempat melihat kamu sembuh
Aku berharap kamu tidak meneteska air matamu
Dan tersenyumlah untukku
Maafku untukmu
Karena aku tidak mengatkan kalau aku yang mendonorkan ginjal untukmu,
sayang
sayang
Aku tak sanggup melihatmu sakit
Aku akan lebih sakit apabila kau terbujur
Walaupun kita sudah tidak bisa bersama kembali
Tapi yakinlah aku selalu ada untukmu
Aku tidak bisa untuk menuliskan kata-puitis karena inilah aku
Yopi yang kamu kenal apa adanya
Dan harapan terkhirku kau dapat melihat masa depan
Kejarlah mimpi
Gapailah bintang
Dan temui orang yang lebih baik dariku
Kau bunga hatiku
Dear YOPI
Aku tak bisa menahan air mata ini, tetesan ini terus mengalir membasahi pipi dan aku telah kehilangan dia untuk selamanya”. Chia mengakhiri ceritanya karena tak sanggup lagi meneruskan ceritanya sebab chia terus saja menagis dan gea juga sudah paham apa yang dialami sahabatnya selama ini. Gea hanya bisa diam tidak tahu mengatakan apa-apa lagi.
Rahmatsyah,
Mahasiswa Gemasastrin, 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar