sastra

Senin, 28 Januari 2013

Cintaimu Menyakitiku


Angin belum saja berlalu, malam juga tak dulu larut, bahkan hujan mengundangku rindu pada gadis itu. Alunan hati bertutur mengeluh tentang kisah cinta buntu. Rindu datang menggebu hingga menjadi-jadi di luar batas kasih untuk insan.
Cinta yang ku alami hari ini sungguh berbeda dengan cinta kemarin, tak ada alur, plot atau naskah. Ku jalani begitu saja, tak pernah sadar siapa yang ku cinta, tak mau tahu apakah ia juga cintaiku, berharap, yakin dan berusaha itu kunci yang ku pegang selama ini, ternyata semua di luar dugaan, kepergian lebih cepat dari pada menghampiri. Hati sudah terlalu hancur untuk yang kesekian kali.
Ada kata yang ia ucap sampai aku berani berharap, ada sikap yang tampak hingga asaku membara, berpikir senyumnya untukku, ternyata tidak. Harapan yang tak berguna, kenapa tak ku buang sejak dulu saja? Memang aku terlalu menggebu akan kehendakku, terlalu cepat mengungkapkan perasaan, cinta yang ku jaga, tak ingin lagi berbagi selain untuk satu insan, ternyata lagi aku cinta pada orang yang mencintai orang lain. Sungguh bahagia lelaki itu terlebih dahulu mendapat kasih gadis merah jambu.
aku tak tahu lagi bagaimana hati ini, seperti semua telah lenyap, ketakutan yang selama ini terpendam benar terjadi sekarang, tidak ada benci terasa, namun sakit yang berlebihan datang. “Tuhan, bila ini sebuah penyakit, buatlah aku benar-benar sakit sampai tak sanggup mata terbuka, dan jika ini ujian aku akan menikmatinya dengan senikmat mungkin” bisik batin. Aku akan tetap mencari cinta siapa pun gadis itu.
Padahal, sudah tahu ia tak cintaiku, namun ketika rasa itu ingin pergi ada saja kata yang gadis itu keluarkan seakan menyindirku, satu kebahagiaanku malam ini, kau menceritakan semuanya, walau hati ini hancur berkeping hampir berderai air mata. “ah!” Aku benar-benar tak paham. Kenapa harus aku jatuh cinta pada gadis itu? Semua terasa terlalu sakit! kebahagianku ini hanya sejenak, tak sampai ku gapai cinta.
Sebab, cintaimu menyakitiku.


Rahmatsyah, 27 Januari 2013

Rabu, 09 Januari 2013

Meninggalkan Jejak


Karya: Rahmatsyah
Meninggalkan jejak
Lalu, sajak melangkah maju
Untuk terus merangkul rindu
Sampai berpuluh malu menyapu
Mengalun arus deras merambah
Di segala waktu juga ikut berhamburan

Selamat tinggal jejak
Matilah maki-makian, candaan, gurau yang aku rindukan
Lenyap dalam gelap sudah
Pergilah jejakku!

Mahasiswa Gemasastrin bergiat di Komunitas Rampagoe

Nyak, Gadis Itu


(Untuk gadis merah jambu)
Sebab telah ku kata padamu
Hilang segala risauku, nyak
Bahasa batinmu seakan menjawab:
“cintai dulu Tuhanmu”

Mencoba rasa ini di atas sajadah
Lepas sujud akhir padaNya
Sajadah itu juga menyahut:
“dapatkan cinta Tuhanmu”

Aku kembali rindu gadis itu, nyak
Tengah malam angin berlalu dan berkata:
“cinta Tuhan itu lebih indah”
Aku bertambah rindu pada gadis itu

Bisik batinku sejenak:
‘gadis itu telah mengajari aku cinta”
Dan cinta telah terpatri padaku untuk gadis itu
Nyak
Karya: Rahmatsyah, 5 Januari 2013