sastra

Jumat, 06 April 2012

Negeri dan pemimpin dusta


Untuk apa hidup di negeri ini
Bila kalian hanya membuat kami menangis
Untuk apa kami memilih pemimpin
Bila sang pemimpim tak memimpin
Kami bagai makanan yang hanya kau lahap waktu lapar

Kenyangkah kalian sekarang dengan uang kami
Kau makan harta kami
Kau renggut sejahtera

Rakyat jelata hanya berbaring diatas kasur tua
Sedang kau mimpi indah dipembaringan mewah
Rakyat jelata kini duduk tak bisa bersuara
Jiwa mereka meronta tanpa bertindak

Mahasiswa berdiri dihadapan kalian
Mewakili mereka yang sedang istrahat mencari nafkah
Sesuap nasi hasil keringat
Kini beban mereka bertambah karena kalian
BBM kau naikkan,

Ah, pembohonglah kalian
Berjanji pada kami
Namun, kau hancurkan kemudian

Negeri dan pemimpin dusta

                                                                       
Rahmatsyah, 24 Maret 2012
Mahasiswa PBSI Unsyiah 2010

Pedasi di Atas Kursi


Lepas suara siap berlaku
Para tuan pedasi yang bercinta
Bersilat lidah di atas pentas
Berkata janji si mulut setan

Senang alami di awal hari
Telah terpilih si tuan raja
Kami berdiri berharap itu janji
Menatap sang tuan yang berdasi

Di atas meja dan kursi putar
Selembar kertas terhitung rupiah
Hitungan jutaan sampai tak terhingga
Lengah mata tuan raja
Silaunya uang ia berdalih

Janji diingkari uang di curi
Kami si miskin terlena akan janji
Terbuai kata jelmaan iblis

Kini, kami hanya menanti
Sang tuan raja seperti dalam mimpi

                                                                                   
Rahmatsyah, 28 Maret 2012
Mahasiswa PBSI Unsyiah 2010

ACEH


Dalam dentuman
Negeriku Aceh
Teriak tangis di ujung mata
Entah, DOM, KKA, Tsunami Memberi tetesan air suci
Rakyat meronta
Aceh bagai tak bernyawa
Kala itu
20 Mar. 12
Rahmatsyah, Mahasiswa PBSI FKIP Unsyiah 2010

Tuan Raja



Kopi pagi sehangat mentari
Sang raja angkuh berdiri di atas atap negeri
Bersorak tentang kesombongan
Si angkuh tuan raja tak bertuan
Merasa diri tak tertandingi

Kopi hangat tuangan sang pelayat
Tak lagi hangat
Menyisihkan ampas di pantat gelas
Bekas bibir setan

Ah, terlalu sombong terlihat
Para algojo si pemimpin
Tak pernah sekali pun menyeruak
Kepada kami
Kau hanya numpang nama di atap negeri kami

Tuan raja
Kau tak usah selalu menatap ke atas negeri
Pergilah dan kami hanya menyimpan
kebencian yang kau tanam

Tuan raja angkuh
Kala kami luluh akan suara mu
Atas semua janji-janji itu

                                                                        Rahmatsyah, 23 Maret 2012
                                                                        Mahasiswa PBSI FKIP Unsyiah 2010